Mereka Bilang "Ahirat Tidak Ada"

Rabu, 01 April 2009 komentar

Ini kisah tentang San yang sejak bayi hanyut di laut dan terdampar di sebuah pulau. Di pulau itu ia ditolong oleh sekelompok orang, sayangnya semua perempuan di pulau itu telah mati jadi San dirawat oleh salah seorang laki-laki yang baik.

Setelah bertahun-tahun, San kecil tumbuh menjadi lelaki dewasa.. Dahulu sering orang-orang disekitarnya mengajarinya segala sesuatu yang perlu dipelajarinya untuk bertahan hidup tapi sekarang tidak lagi karena para lelaki yang dulu merawatnya telah mati. Jadi ia sekarang mempelajari apapun sendirian dengan kemampuannya sendiri.

Suatu hari sebuah perahu menepi di pulau itu, penumpangnya seorang lelaki yang lalu turun dari perahu dan bertemu dengan San. Mereka kemudian bercakap-cakap untuk lebih mengenal satu sama lain.

Orang dari perahu merasa kasihan melihat San, ia pikir San telah cukup dewasa dan semestinya segera menikah. Tapi sayang di pulau itu tidak ada orang lain selain San sendiri jadi Orang perahu mencoba membujuk San untuk ikut dengannya dengan menceritakan tempat tinggalnya di pulau lain yang sangat indah, dengan gedung-gedung tinggi yang megah dan nyaman.

Apakah San percaya dengan cerita tentang gedung-gedung megah dan nyaman di tempat jauh itu? Ternyata tidak.

Selama hidupnya San bertempat tinggal di bawah pohon, dan orang-orang yang merawatnya di pulau itu pun demikian. Ia bahkan tidak yakin tentang pulau yang jauh lebih besar di seberang laut itu.

Tapi Orang perahu tidak menyerah, karena ia ingin menolong San. Maka diceritakanlah maksud Orang perahu itu sebenarnya, menurutnya seorang lelaki dewasa seharusnya menikah untuk melanjutkan keturunannya. Dan dengan ikut dengan Orang perahu itu ia akan mendapatkannya, ia akan menjadi seorang manusia yang beradab.

Tapi lagi-lagi San tidak bisa mempercayainya, ia bahkan tidak percaya tentang adanya perempuan. San bahkan marah sekali saat Orang perahu itu menceritakan tentang kelahiran manusia seperti dirinya, “Sungguh kau ini benar-benar orang gila,” kata San “mana mungkin aku dulu hidup di dalam perut manusia lain? Apa aku tadinya ditelannya lalu masuk ke dalam perutnya lalu keluar lagi utuh seperti ini. Sungguh tidak masuk akal”.




San menarik tangan Orang perahu ke sebuah tempat dan berkata, “lihatlah” kata San, “seperti inilah jadinya jika aku hidup di dalam perut manusia lain, akan jadi seperti ini” kata San sambil menunjuk liang kotoran. “Dasar sinting, bicara yang tidak-tidak”. San lalu pergi meninggalkan Orang perahu begitu saja.

Dalam cerita tadi, San yang lugu dengan akalnya menolak berita Orang perahu, bahwa dirinya dahulunya hidup di dalam kandungan. San tidak mempercayainya karena selama hidupnya ia tidak pernah menyaksikan kelahiran, bahkan tidak pernah mengetahui keberadaan perempuan. Baginya berita seperti itu pastilah bohong dan mengada-ada. Dahulu orang-orang yang merawatnya kadang bercerita tentang mahluk yang disebut perempuan, tapi itu semua hanyalah mitos dan dongeng orang-orang tua dahulu. Dirinya yang lebih cerdas pastinya tidak bisa mempercayainya.

San juga menolak berita tentang adanya tempat jauh dengan gedung-gedung megah dan tinggi yang terasa nyaman di dalamnya. Sepanjang yang dipelajarinya, tempat paling nyaman adalah di bawah pohon yang teduh. Di tempat terbuka akan kepanasan, di dekat sungai akan basah dan lain sebagainya alasan semacam itu. Itulah yang diketahuinya, dan mana mungkin seseorang bisa membuat sesuatu yang sangat tinggi seperti yang diceritakan Orang perahu? Apalagi bisa ditempati banyak orang. Menurut akal sehat San, pastilah tidak mungkin. Orang perahu itu telah membuat cerita dusta dan berharap dirinya akan percaya, untungnya dirinya seorang yang cerdas sehingga dia tidak akan percaya. Dan dirinya bahagia sekali telah bisa menunjukkan kesalahan Orang perahu itu dengan baik dan lugas. Dirinya memang cerdas 

Bagaimana dengan kita, seandainya dalam keadaan yang sama seperti San apakah kita juga akan bersikap sama?
Lihatlah San, bagaimana seandainya ia diberitahu tentang kehidupan setelah mati (kehidupan yang belum dijalani)? Pasti ia tidak akan percaya sedangkan kehidupan yang pernah dijalaninya saja dia tidak bisa mempercayainya (kehidupan di dalam rahim ibu).

Dalam norma pengetahuan masa kini, sesuatu dapat dipercaya setelah dapat dibuktikan dengan akal dan panca indera sehingga untuk mendapatkan pengetahuan kita harus terlebih dulu meragukan segala hal (filsafat: red). Lalu bagaimana dengan akal dan panca indera itu sendiri, tidakkah seharusnya perlu kita ragukan juga?

Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

asal gambar alaska
tree alone

komentar

Posting Komentar